dakwatuna.com – Manusia di dalam alam semesta ini bagaikan
anak kecil yang lemah tapi dicintai. Dia menyimpan sebuah kekuatan yang
besar di balik kelemahannya; dia menyimpan kemampuan yang luar biasa di
balik ketidak-mampuannya. Karena dengan kekuatan rasa lemahnya dan
kemampuan rasa ketidak-mampuannya, banyak sekali makhluk di bumi ini
yang ditundukkan untuk membantunya.
Maka jika manusia menyadari kelemahannya, lalu memohon kekuatan kepada Allah SWT; menyadari ketidak-mampuannya, lalu memohon kemampuan dan pertolongan kepada Allah SWT, baik dengan ucapan ataupun perbuatan; dan dia juga mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan kepadanya, maka Allah SWT akan memudahkannya mendapatkan apa yang diinginkan. Semua keperluannya akan diperoleh, bahkan akan mendatanginya dengan sukarela.
Padahal semua itu mustahil akan didapatkannya bila dia hanya
mengandalkan kemampuan dirinya sendiri yang sangat terbatas. Bahkan
sepersepuluh tujuan itu pun tak akan didapatkannya. Namun kadang manusia
melakukan kesalahan, jika dia berhasil mendapatkan sesuatu melalui doa
perbuatannya, dia kadang mengalamatkan kemampuan itu kepada dirinya
sendiri.
Aku akan memberikan sebuah contoh. Kekuatan yang ada di balik
kelemahan anak ayam yang masih kecil membuat induknya berani melawan
singa untuk mempertahankan dan membelanya. Kekuatan yang berada di balik
kelemahan seekor anak singa telah menundukkan induknya yang buas untuk
mencarikan makanan. Sehingga kadang terjadi sesuatu yang ironis, induk
singa yang buas dan kuat itu bisa saja kelaparan, padahal di waktu yang
sama, anaknya yang masih lemah malah sedang kekenyangan. Oleh karena
itu, harus diperhatikan betul bahwa tenyata ada kekuatan yang sangat
besar di balik sebuah kelemahan. Bahkan harus kita akui bahwa rahmat
Allah SWT akan selalu berada pada kelemahan itu.
Seorang anak kecil yang lembut dan disayang akan mendapatkan kasih
sayang dari orang lain akibat kelemahannya. Jika menangis, dia akan
mendapatkan apa yang diinginkan. Orang-orang yang perkasa, bahkan raja
sekalipun akan tunduk kepadanya. Jika yang didapatkan dengan kasih
sayang itu adalah seribu, maka dia tidak akan mendapatkan satu pun jika
hanya mengandalkan kekuatannya yang sangat kecil. Kelemahan dan
ketidak-mampuannyalah ternyata yang telah menggerakkan dan menimbulkan
perasaan kasihan dan keinginan untuk melindunginya. Bahkan jarinya yang
sangat mungil akan dapat menundukkan orang-orang dewasa, baik raja atau
penguasa sekalipun.
Jika saja anak kecil itu mengingkari dan tidak mengakui kasih sayang
itu, lalu dengan bangga mengucapkan sebuah kebodohan, “Akulah yang telah
menundukkan orang-orang kuat itu dengan kekuatan dan kemampuanku
sendiri.” Maka tidak mengherankan jika dia malah akan mendapatkan caci
maki dan tamparan. Demikian juga manusia, jika tidak mengakui rahmat
Penciptanya, dan berkata seperti perkataan Qarun, “Sesungguhnmya semua
ini kudapat karena ilmuku” maka tidak diragukan lagi bahwa dia akan
disiksa Allah SWT.
Oleh karena itu, kedudukan, kemajuan, dan cakrawala peradaban yang
dimiliki manusia tidaklah timbul karena kehebatan manusia. Semua itu
adalah pemberian dari Allah SWT karena kelemahannya. Itu adalah
pertolongan dari Allah SWT karena memang manusia tidak mampu. Itu adalah
pemberian dari Allah SWT karena memang manusia sangat fakir dan
memerlukan.
Kekuasaan manusia juga bukan berasal dari kekuatan yang dimilikinya,
juga bukan dari ilmu yang didapatkannya. Kekuasaan itu melainkan berasal
dari rasa kasihan, iba, rahmat, dan hikmah Allah SWT yang menundukkan
semua hal itu untuk keperluan manusia.
Benar, manusia akan kalah dengan hewan seperti kalajengking yang
tidak bermata, atau ular yang tidak berkaki. Manusia yang lemah seperti
itu tidak akan mungkin dapat membuat sehelai kain sutera dari seekor
ulat yang kecil, atau mendapat setetes madu manis dari seekor serangga
beracun. Semua itu didapatkan berkat kelemahannya yang berasal dari
penundukkan Allah SWT atas segala sesuatu yang dikehendakiNya.
Wahai manusia, jika keadaannya demikian, maka hendaklah kau jauhi
perasaan egois dan berbangga dengan dirimu. Tunjukkanlah kelemahan dan
kemiskinanmu di depan gerbang ketuhananNya. Tunjukkanlah kelemahan itu
dengan cara meminta dan memohon. Tunjukkanlah kemiskinanmu itu dengan
doa dan perasaan hina. Katakanlah bahwa engkau benar-benar hamba Allah
SWT yang sebenarnya. Katakanlah: “Hasbunallahu Wanikmal Wakil.” Maka
engkau akan segera menaiki tangga-tangga kemuliaan dan ketinggian.
Janganlah engkau berkata, “Siapakah diriku. Aku bukan siapa-siapa.
Aku tidak mempunyai sebuah kelebihan yang membuat Allah SWT secara
sengaja menundukkan semesta alam untukku, kemudian memintaku untuk
melakukan syukur.” Karena engkau, jika yang dipandang adalah wujud
dirimu dan bentukmu, maka engkau tidaklah mempunyai nilai apa-apa.
Tapi jika dilihat dari tugasmu dalam kehidupan, engkau adalah seorang
saksi yang cerdas; seorang penonton yang pandai. Engkau bersaksi atas
alam semesta yang sangat luas ini. engkau adalah lisan yang pandai dalam
bercakap, mengungkapkan apa yang dimaksud alam semesta ini. Engkau
adalah pembaca yang cerdik dan teliti, yang mengungkap isi alam semesta
ini. Engkau adalah pemimpin yang turut memikirkan semua alam yang selalu
melaksanakan tasbih kepada Allah SWT. Engkaulah guru dan arsitek bijak
pada ciptaan Allah SWT yang semuanya selalu melaksanakan ibadah
kepadaNya.
Benar, wahai manusia. Dari segi tubuh dan dirimu adalah bagian yang
sangat kecil dan hina; makhluk yang miskin; hewan yang lemah, yang
terombang-ambing di antara gelombang lautan besar makhluk-makhluk Allah
SWT yang sangat banyak dan beragam ini. Tetapi, dari segi engkau adalah
manusia yang diciptakan sempurna dengan tarbiyah Islamiyah, yang
disinari cahaya keimanan yang mengandung cinta Allah SWT, engkau adalah
raja atas semua hambaNya. Engkau sangat sempurna dalam kekuranganmu;
engkau berpengetahuan luas dalam kekecilanmu; engkau berkedudukan sangat
mulia dengan kehinaanmu; engkau pengawas yang berpandangan tajam atas
semua yang berada di alam semesta yang sangat luas ini.
Sehingga engkau dapat berkata, “Tuhanku yang Maha Penyayang telah
menjadikan bumi sebagai rumah dan tempat tinggalku; menjadikan matahari
dan bulan sebagai lentera dan penerangku; menjadikan musim semi sebagai
setangkai bunga yang harum semerbak; menjadikan musim panas sebagai
hidangan yang sangat lezat; menjadikan hewan-hewan sebagai pelayan; dan
terakhir menjadikan tumbuh-tumbuhan sebagai hiasan dan perangkat yang
menyejukkan pemandangan rumahku.”
Kesimpulannya, jika engkau menuruti perintah nafsu dan setan, engkau
akan jatuh kepada derajat yang paling rendah. Tapi jika engkau turuti
perintah Allah SWT dan Al-Qur’an, maka engkau akan dinaikkan kepada
derajat yang paling tinggi. Dengan itu, maka engkau adalah benar-benar
makhluk yang diciptakan Allah SWT dengan sebaik-baik bentuk.
(msa/dakwatuna/disarikan dari Rasailun Nur karya Sa’id Nursi)
0 comments:
Catat Ulasan