Oleh: takusahrisau
Atas amalan dan pengawalan diri yang
ketat, sebilangan ulama dan para alim telah diberi keutamaan untuk
bertemu Rasulullah saw di dalam mimpinya. Mimpi menemukan Rasulullah saw
bukan sahaja diimpikan oleh para alim bahkan insan biasa juga tidak
terkecuali memasang impian untuk melihat wajah berseri Rasulullah saw di
alam mimpi. Para yang diberi keutamaan adalah mereka yang mengamalkan
sunnah Rasulullah saw selain selawat kepada baginda secara berterusan.
Amalan ini menjadi rutin para alim dan antara mereka menyarankannya
kepada sesiapa yang ingin menemukan Rasulullah saw di alam mimpi.
Berikut adalah 12 orang sahabat dan para alim yang berkesempatan menemukan Rasulullah saw di alam mimpi semasa hayat mereka.
Diriwayatkan dari Muhammad bin Muhammad bin Makki, ia berkata, “Aku
mendengar Abdul Wahid bin Adam Ath-Thawwisi berkata, ‘Aku mimpi bertemu
Rasulullah SAW dan sekelompok sahabatnya, beliau sedang berhenti di
suatu tempat, maka aku mengucapkan salam dan beliau menjawabnya. Aku
bertanya, ‘Kenapa engkau berhenti, Ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Aku
menunggu Muhammad bin Ismail Al Bukhari.’ Dan setelah beberapa hari
datang berita kepadaku tentang wafatnya Al Bukhari. Setelah aku
perhatikan, ia wafat pada waktu aku mimpi bertemu Rasululah SAW.”
2. Mimpi Utsman bin Affan r.a. Beliau adalah Khalifah Rasyidin,
Pemimpin Kaum Muslimin yang mendapat petunjuk yang ketiga. beliau
memiliki gelar Dzun Nurain karena menikahi dua putri nabi SAW yang salah
satunya setelah yang lain meninggal. Beliau wafat pada tahun 35
H.Diriwayatkan dari Ummu Hilal binti Waki’, dari seorang istri Utsman,
ia berkata, “Suatu kaum akan membunuhku.” Maka aku berkata, “Tidak,
wahai Amirul Mukminin.” Kemudian beliau berkata, “Sesungguhnya aku
bertemu Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar di dalam mimpi. Maka mereka
berkata, “Berbukalah bersama kami malam ini.” atau mereka mengatakan,
“Sesungguhnya kamu akan berbuka bersama kami malam ini.” Diriwayatkan
oleh Abdullah bin Salam, ia berkata, “Aku datang kepada Utsman untuk
menyalaminya, sedangkan ia dalam keadaan dikepung. Aku masuk menemuinya,
maka ia berkata, “Selamat datang wahai saudaraku. Aku melihat
Rasulullah SAW tadi malam di pintu kecil ini. Ia berkata, “Pintu kecil
itu ada di dalam rumah.” Maka beliau (nabi) berkata, “Wahai Utsman,
apakah mereka telah mengepungmu?” Aku menjawab, “Ya.” Beliau bertanya
lagi, “Apakah mereka telah membuatmu haus?” Aku menjawab, “Ya.” Maka
beliau menuangkan cawan besar yang berisi air, kemudian aku meminumnya
sampai kenyang, sampai-sampai aku merasakan dinginnya di antara dada dan
pundakku. Dan beliau SAW berkata, “Jika kamu mau, berbukalah di rumah
kami. Maka aku memilih berbuka di rumah beliau SAW. Maka kata Abdullah
bin Salam, Utsman dibunuh pada hari itu. (Thabaqat Ibnu Saad &
Tarikh, Ibnu Asakir).
3. Mimpi Umar bin Khattab r.a. Beliau adalah Pemimpin Kaum Muslimin
setelah Sayyidina Abu Bakar Shiddiq wafat. Gelarnya adalah Al Faruq yang
artinya pembeda antara yang haq dan yang bathil. Beliau wafat pada
tahun 23 H. Diriwayatkan dari Umar bin Hamzah bin Abdullah, dari
pamannya, Salim dari bapaknya, Umar berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW
di dalam mimpi, dimana aku melihat beliau sedangkan beliau tidak
memandangku. Maka aku berkata, “Ya Rasulullah, kenapa aku?” Beliau
bersabda, “Bukankah kamu yang mencium istrimu pada saat kamu berpuasa?!”
Maka aku berkata, “Demi Yang Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak
akan mencium istriku lagi setelah ini saat aku berpuasa.” (Al Mahalli,
Ibnu Hazm).
4. Mimpi Ali bin Abi Thalib r.hum. Beliau adalah adik sepupu
Rasulullah SAW sekaligus menantunya dan termasuk orang yang pertama
masuk islam dari kalangan anak-anak. Beliau adalah Khalifah setelah
terbunuhnya Utsman bin Affan. Julukannya adalah Abu Turab. Beliau wafat
pada tahun 40 H setelah beberapa hari terluka karena tikaman Ibnu
Muljam. Muhammad Sa’ad menceritakan sebuah riwayat dari Ali ra. Ali
berkata, “Sesungguhnya aku pada malam itu (yaitu saat Ibnu Muljam
membunuhnya pada pagi harinya) membangunkan keluargaku, kedua mataku
menguasaiku hingga aku tertidur saat aku duduk. Maka aku melihat
Rasulullah SAW. Dan aku bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa aku menemukan
di antara ummatmu orang-oran yang bengkok dan suka bertengkar?”
Rasulullah SAW berkata, “Doakanlah atas mereka.” Maka aku berdoa,” Ya
Allah, gantikanlah perlakuan mereka terhadapku dengan yang lebih baik
bagiku. Dan gantikanlah yang lebih buruk untuk mereka.” (Thabaqatul
Kubra & Al Manaamat, Ibnu Abi Dunya).
5. Mimpi Hasan bin Ali r.hum Beliau adalah cucu Rasulullah SAW serta
pemuka para ahli surga. Beliau wafat sebagai syahid. Diriwayatkan oleh
Filfilah Al Ja’fi, ia berkata, “Aku mendengar Hasan bin Ali ra. berkata,
“Aku melihat nabi SAW bergelantung di atas Arsy, dan aku melihat Abu
Bakar ra. memegang kedua pinggang nabi SAW serta melihat Umar ra.
memegang kedua pinggang Abu Bakar ra. dan juga melihat Utsman ra.
memegang pinggang Umar ra. serta melihat darah bercucuran dari langit ke
bumi.” Maka Hasan menceritaka mimpi ini pada orang di sekelilingnya
(kaum syi’ah), maka mereka bertanya, “Tidakkah kau melihat Ali?” Hasan
menjawab, “Tidak seorang pun yang paling suka aku melihatnya memegang
kedua pinggang nabi SAW daripada Ali. Akan tetapi ini adalah sebuah
mimpi.” Dari Ishak bin Rabi’, ia berkata, “Ketika kami sedang di sisi
Hasan, tiba-tiba datang seorang laki-laki seraya berkata, ‘Wahai Abu
Said, sesungguhnya semalam aku melihat nabi SAW di dalam mimpi. Nabi SAW
berada di tengah-tengah Murjiah Bani Salim dalam khalayak ramai, dan
diatasnya jubah musim dingin, kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai
Rasulullah SAW, Hasan akan datang. Beliau bersabda, ‘Katakanlah
kepadanya, beritakanlah kabar gembira, kemudian beritakanlah kabar
gembira, kemudian beritakanlah kabar gembira.’ Maka mata Hasan
bercucuran air mata, dan ia bersabda, ‘Semoga Allah menetapkan matamu.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang melihatku di dalam mimpi,
maka ia sungguh telah melihatku, dan syetan tidak dapat menyerupaiku.’”
(HR Thabrani & Al Manaamat, Ibnu Abi Dunya).
6. Mimpi Husein bin Ali r.hum Suatu hari Husein bin Ali sedang duduk
di depan rumahnya sambil memeluk pedangnya. Ketika ia menundukkan
kepalanya, saudarinya, Zainab binti Ali mendengar suara teriakan. Ia
mendekati saudaranya, seraya berkata, “Wahai saudaraku, tidakkah kamu
mendengar suara keributan telah mendekat?” Maka Husein mengangkat
kepalanya dan berkata, “Sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW di dalam
mimpiku dimana beliau berkata padaku: ‘Sesungguhnya kamu menuju kepada
kami.’ Maka saudarinya itu menjadi bersedih dan berkata, “Alangkah
celaka aku!” Maka Husein berkata, “Kamu tidak celaka, wahai saudariku,
tempatkanlah kasih sayangmu dengan Allah Yang Maha Pemurah.”Tak lama,
Husein gugur di padang Karbala. Seluruh keluarganya habis terbantai,
kecuali seorang anaknya yang bernama Ali yang berhasil diselamatkan oleh
Zainab. http://spupe07.files.wordpress.com/2012/02/muhammad.jpg?w=320&h=310 Ya Allah, Beri Kami Kekuatan untuk Menghidupkan Sunnah – Sunnah Beliau saw. !
7. Mimpi Abu Musa Al Asy’ari r.a. Beliau adalah salah seorang sahabat
Rasulullah SAW dari suku Tamim. Beliau juga seorang ahli fikih dan
qira’at. Diriwayatkan oleh Abu Musa , beliau berkata, “Aku melihat
Rasulullah di dalam mimpi sedang berada di atas gunung. Di sampingnya
Abu Bakar. Dan beliau (Rasulullah) sedang mengisyaratkan Umar untuk
datang kepadanya.” Maka aku mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un, dan ternyata benar, Amirul Mukminin Umar bin Khattab wafat!” Ia
(Abu Musa) ditanya, “Tidakkah kamu menulisnya (mimpi) itu kepada Umar?”
Maka Abu Musa berkata, “Tidak selayaknya aku mengucapkan berbela
sungkawa kepada Umar (karena Umar akan bertemu Rasulullah SAW).” (Ar
Riyadhun Nudhrah fi Manaqibil Asyrah).
8. Mimpi Huzaimah bin Tsabit r.a. Beliau adalah seorang sahabat
Rasulllah SAW. Ia diistimewakan karena kesaksiannya setara dengan
kesaksian dua orang. Beliau termasuk di dalam pasukan Ali dan memperoleh
kemuliaan syahid saat perang Shiffin. Diriwayatkan oleh Utsman bin Sahl
bin Hanif dan Khuzaimah bin Tsabit, “Bahwa ia bermimpi mencium dahi
nabi SAW. Kemudian ia mendatangi Rasulullah SAW lalu ia menceritakan
mimpinya tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mempersilahkannya, lalu ia
pun mencium dahi Rasul.” (Musnad Imam Ahmad).
9. Mimpi Bilal bin Rabah r.a. Beliau adalah Muazzin di zaman
Rasulullah SAW, termasuk golongan sahabat yang ikut dalm perang Badar.
Nabi SAW telah bersaksi atas penetapannya sebagai ahli surga. Setelah
Rasulullah SAW wafat, karena tak kuat menanggung kesedihan hati akan
ingatannya kepada Rasulullah SAW, Bilal pindah ke negeri Syam. Bertahun
kemudian Bilal melihat Rasulullah SAW di dalam mimpinya di negeri Syam.
Rasulullah berkata, “Kenapa kamu berlaku tidak ramah, wahai Bilal?
Bukankah kini telah datang waktunya bagimu untuk menziarahiku?” Maka
Bilal bangun dalam keadaan bersedih dan langsung bergegas menuju kota
Madinah. ia lalu mendatangi makam Rasulullah SAW dan disana ia menangis.
Sayyidina Hasan dan Husein datang menghampirinya, kemudian Bilal
memeluk keduanya. Maka Sayyidina Hasandan Husein berkata, “Kami sangat
menginginkan engkau untuk azan di waktu sahur.” Maka demi takzimnya
kepada kedua cucu Rasulullah SAW ia naik ke atap masjid. ketika ia
menyerukan “Allahu Akbar Allahu Akbar” bergetarlah seluruh kota Madinah.
Keluarlah para penduduknya berduyun-duyun ke masjid sambil menangis
tersedu-sedu karena suara Bilal mengingatkan mereka pada kehidupan di
zaman Rasul. Dan tidak pernah disaksikan hari yang lebih banyak
laki-laki dan wanita menangis daripada hari itu. Seminggu kemudian Bilal
wafat. (Asadul Ghabah, Ibnu Atsir).
10. Mimpi Abul Mawahib Asy-Syadzili r.a. Beliau memiliki nama lengkap
Syaikh Muhammad Abul Mawahib Asy-Syadzili, murid dari Syaikh Abu Sa’id
Ash-Shafrawi. Beliau adalah seorang ulama besar yang pernah mengajar di
Universitas Al Azhar, Mesir. Beliau sering bermimpi berjumpa dengan
Rasulullah saw. Beliau pernah menyatakan: Aku bermimpi melihat
Rasulullah saw berada di lantai atas Universitas Al Azhar pada tahun 825
H, lalu beliau meletakkan tangannya di dadaku dan bersabda: “Wahai
anakku, ghibah itu haram hukumnya. Tidakkah kau mendengar firman Allah
SWT : Janganlah sebagian kamu membicarakan keburukan (ghibah) sebagian
yang lain.” Sedangkan disampingku ada beberapa orang yang asyik
membicarakan keburukan orang. Kemudian beliau bersabda kepadaku: “Jika
kamu tak bisa menghindari untuk mendengar orang-orang berghibah, maka
bacalah surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Nas, lalu hadiahkanlah
pahalanya kepada orang yang dighibah atau dibicarakan keburukannya itu,
karena (mendengarkan) ghibah dan pahala dari bacaan tersebut berimbang.”
Beliau menyatakan bahwa suatu hari beliau terlibat perdebatan di
Universitas Al Azhar dengan seseorang atas pernyataan Qasidah Al Burdah
karya Imam Bushiri: Famablaghul ilmi fihi annahu basyarun Wa annahu
khairu khalqillahi kullihimi Puncak pengetahuan manusia tentangnya: ia
adalah seorang manusia Tetapi sesungguhnya ia adalah makhluk Allah yang
terbaik. Ia mengatakan kepadaku bahwa pernyataan ini tidak memiliki
argumentasi. Aku sanggah pernyataannya dan aku katakan bahwa itu telah
didasarkan pada ijma’ yang tak dapat dibantah. Tapi ia tetap tak mau
menerimanya. Lalu setelah itu aku bermimpi melihat Rasulullah saw
bersama Abu Bakar dan Umar sedang duduk di samping mimbar Universitas Al
Azhar. Beliau bersabda menyambutku: “Selamat datang kekasih kami.”
Kemudian beliau menoleh kepada para sahabatnya dan berkata: “Tahukah
kalian apa yang telah terjadi hari ini?” “Kami tidak tahu, wahai
Rasulullah,” jawab mereka. “Sesungguhnya si fulan yang celaka meyakini
bahwa para malaikat lebih utama dariku.” Mereka menyanggah dengan
serentak, “Itu tidak benar, wahai Rasulullah!” Lalu Nabi saw berkata
kepada mereka: “Kasihan keadaan si fulan yang celaka itu, ia sebenarnya
tidak hidup. Sekalipun hidup, ia hidup dalam keadaan ternista dan
terhina. Namanya yang terhina membuatnya sempit dalam kehidupan dunia
dan akhirat. Ia meyakini bahwa ijma’ tidak terjadi pada pengutamaanku di
atas semua makhluk. Tidakkah ia tahu, bahwa pengingkaran Mu’tazilah
kepada Ahlussunah tidak dapat merusak kredibilitas ijma’? Beliau juga
pernah berkata, “Aku bermimpi melihat Rasulullah saw dan aku berkata
kepada beliau: Wahai Rasulullah, Allah bershalawat sepuluh kali kepada
orang yang membaca shalawat untukmu satu kali. Apakah itu bagi orang
yang menghadirkan hati (khusyu’) dan perasaannya (ta’zhim)? Beliau
menjawab: “Tidak. Itu berlaku bagi orang yang membaca shalawat untukku
dalam keadaan lalai. Allah akan memberinya anugerah sebesar dan sebanyak
gunung-gunung tinggi, yaitu para malaikat akan berdoa dan memohonkan
ampun untuknya. Adapun kalau ia membacanya dengan menghadirkan hati
(khusyu’) dan penuh rasa hormat (ta’zhim), maka nilai pahala dari bacaan
itu tidak bisa dijabarkan kecuali oleh Allah.” Beliau berkata lagi:
“Aku bermimpi melihat Rasulullah saw. Beliau bersabda kepadaku
menjelaskan tentang diri beliau yang mulia: “Aku tidaklah mati. Kematian
hanyalah sebuah ungkapan bagi ketersembunyianku dari orang yang tidak
mendapatkan pemahaman dari Allah. Adapun bagi orang yang telah
mendapatkan pemahaman dari Allah, maka inilah aku: aku bisa melihatnya
dan ia bisa melihatku.” Beliau menerangkan, “Siapa yang ingin bermimpi
Rasulullah saw, hendaklah ia memperbanyak bersalawat kepadanya siang dan
malam, bersama cintanya kepada para Imam yang shalih dan para wali.
Jika tidak begitu, maka pintu untuk masuk ke dalam mimpi itu akan
ditutup, karena mereka adalah pemimpin manusia, sementara itu Tuhan kita
akan murka karena kemurkaan mereka, demikian pula Rasulullah saw.”
(Afdhalish Shalawat Ala Sayyidis Saadat, Yusuf An-Nabhani).
11. Mimpi Ahmad Ibnul Jalla’ Abu Abdullah Ahmad bin Yahya Al Jalla’,
asli Baghdad dan pernah tinggal di Ramlah dan Damaskus. Ia termasuk
tokoh besar dari kalangan syeikh sufi di Syam. Ia berguru pada Abu
Turab, Dzunnun Al Mishri dan Abu Ubaid Al Bishri serta kepada ayahnya
sendiri, Yahya Al Jalla’. Ia berkata, “Pada suatu ketika aku pergi
mengembara melintasi gurun dengan bekal yang seadanya. Sampai di kota
Madinah, aku telah tidak memiliki apa pun. Aku lalu mendekati makam
Rasulullah SAW, lalu berkata, ‘Aku adalah tamu anda, wahai Rasulullah!’
Tiba-tiba aku dilanda kantuk sehingga aku tertidur. Saat tertidur itu
aku bermimpi bertemu nabi SAW dan beliau memberiku roti. Roti itu
kumakan separuhnya, selanjutnya aku bangun. Ternyata separuh roti yang
belum kumakan masih ada di tanganku.”
12.Mimpi Al Fasawi Ia adalah ulama hadits yang bernama Abu Yusuf
Ya’kub bin Sufyan Al Fasawi. Beliau pengarang kitab At-Tarikh dan
Al-Masyikhah yang wafat di tahun 277 H. Diriwayatkan dari Muhammad bin
Yazid Atthar, Aku mendengar Ya’kub Al Fasawi berkata, “Aku banyak
menyalin hadits di malam hari. Karena kebutuhan makin banyak, dengan
terburu-buru aku menulisnya hingga larut malam sehingga mengakibatkan
mataku berair dan tak dapat melihat. Hal itu membuatku bersedih, karena
hilangnya ilmu dariku dan aku menjadi terasing dari sekitarku. Aku
menangis hingga tertidur. Lalu aku bertemu Rasulullah SAW dimana beliau
memanggilku: ‘Wahai Ya’kub, kenapa kamu menangis?’ Akumenjawab, “Ya
Rasulullah, penglihatanku hilang, sehingga aku sedih tak bisa menulis
sunah-sunahmu lagi dan aku terasing dari sekitarku.” Beliau bersabda,
‘Mendekatlah padaku.’ Maka aku lalu mendekat kepadanya. Lalu beliau
mengusapkan tangannya di atas mataku seakan-akan membacakan atas
keduanya. Kemudian aku terbangun dan aku dapat melihat, lalu aku
mengambil tulisanku dan duduk di depan lampu untuk meneruskannya.”
(Tarikhul Islam)
- Banyakkan salawat kepada junjungan besar Rasulullah saw..
0 comments:
Catat Ulasan